Rabu, 27 Agustus 2008

Seleparang_Kingdom_

Kerajaan Selaparang adalah salah satu kerajaan yang pernah ada di pulau Lombok. Pusat kerajaan ini di masa lampau berada di Seleparang, yang saat ini kurang lebih lebih berada di desa Selaparang, kecamatan Swela, Lombok Timur.


Sejarah
Raja pertama kerajaan ini adalah Prabu Indrajaya, yang merupakan putra dari Demung Mumbul, adik dari Pangeran Kaesari, keturunan dari Prabu Tunggul Ametung, raja Kediri yang dibunuh oleh Ken Arok. Kedatangan Demung Mumbul ke Lombok diperkirakan terjadi pada akhir abad ke-13, saat di Jawa terjadi pergolakan yang memunculkan Kerajaan Majapahit. Ia kemudian mendirikan kota di Teluk Labuhan (saat ini menjadi pelabuhan Labuan Lombok) bersama para pengiringnya, kemudian menetap hingga meninggal dan dimakamkan pada sebuah bukit di Gunung Kayangan. Sepeninggal Demung Mumbul, putranya yang bernama Indrajaya naik tahta sebagai penggantinya. Indrajaya kemudian memindahkan pusat kerajaan ke Seleparang dengan alasan utama agar kerajaan tidak rentan terhadap serangan yang datang dari pantai. Setelah Indrajaya mangkat, ia kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Raden mas Panji Anom atau yang lebih terkenal dengan nama Prabu Anom. Prabu Anom dalam masa kekuasaannya berhasil menyatukan Lombok di bawah Kerajaan Seleparang, bahkan pulau Lombok dinamai dengan nama Pulau Seleparang. Lambat laun istilah Seleparang kemudian lebih dikenal dengan nama Selaparang.(Wikipedia, Seleparang)

Selasa, 03 Juni 2008

SemPRO



STUDI PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL SASAK KEDALAM BANGUNAN DI KAWASAN WISATA
PANTAI SENGGIGI LOMBOK
SEMINAR PROPOSAL
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar sarjana teknik
OLEH:
NIKMAL LUTFI
0610652003– 65
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
MALANG
2008
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan Pariwisata Indonesia
Perkembangan pariwisata dewasa ini sangat pesat dan memberikan peluang terhadap pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional. Untuk itu pembangunan pariwisata terus dipacu dan pemerintah mempunyai keyakinan bahwa pariwisata dapat menjadi sektor andalan menggantikan minyak dan gas bumi yang selama ini menjadi tumpuan pemerintah dalam menunjang penerimaan negara. Melihat kondisi demikian, maka Pemerintah Propinsi maupun kabupaten, potensi wisata yang ada di Indonesia sangat besar, akan tetapi belum seluruhnya dikelola secara professional, sehingga akan dapat bermanfaat dalam menunjang penerimaan daerah dan terutama dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Pemerintah Daerah dalam hal ini sangat berkepentingan terhadap upaya pengembangan pariwisata daerah. Maka sebagai pihak yang memilik peran sebagai fasilitator secara tidak langsung peran yang disandang tersebut sangat strategis dalam mewujudkan upaya-upaya ke arah pengembangannya.
Perencanaan Strategis merupakan salah satu dari sekian jenis perencanaan, adalah merupakan suatu perencanaan yang perlu dibuat oleh Pemerintah Daerah dalam rangka menentukan strategi-strategi yang efektif untuk digunakan dalam mengembangkan sektor ini, karena lebih bersifat komprehensif dalam arti lebih memfokuskan pada analisis lingkungan secara keseluruhan, baik lingkungan eksternal , maupun lingkungan internal.
Lombok Dalam pariwisata
Lombok adalah sebuah pulau di ujung sebelah timur Bali atau yang dikenal dengan Nusa Tenggara Barat terpisahkan oleh Selat Lombok di Bali, sedangkan disebelah Timur dikenal dengan Selat Alas. Pulau ini kurang lebih bulat bentuknya dengan semacam "ekor" di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 80 km per segi. Pulau ini luasnya adalah 4.725 km² (sedikit lebih kecil daripada Bali). Kota utama di pulau ini adalah Kota Madya Mataram
Kota Mataram adalah merupakan Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat Terdiri dari 4 kecamatan yaitu Ampenan, Cakranegara, Mataram. Sebelum adanya pemekaran Mataram merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Lombok Barat yang sekaligus sebagai ibu kotanya (ibu kota kabupaten tersebut Giri Menang Gerung).
Batas wilayah
Utara - Kecamatan Gunung Sari dan Kecamatan Batu Layar
Selatan - Kecamatan Labuapi
Timur - Kecamatan Narmada
Barat - Selat Lombok
Menurut Pembagian administrative, Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi menjadi 3 kabupaten dan 1 Kota Madya :
Mataram
Kabupaten Lombok Barat
Kabupaten Lombok Tengah
Kabupaten Lombok Timur
Selat Lombok adalah batas flora dan fauna Asia. Mulai dari Lombok ke arah timur, flora dan fauna menunjukkan ciri-ciri khas Negara Australi. Ilmuwan yang pertama kali menyatakan hal ini adalah Alfred Russel Wallace, seorang warga negara Inggris di abad ke-19. Untuk menghormatinya maka batas ini disebut Garis Wallace.
Topografi pulau ini didominasi oleh gunung berapi yaitu Gunung Rinjani yang ketinggiannya adalah 3.726 meter di atas permukaan laut dan membuatnya yang kedua tertinggi di Indonesia. Daerah selatan pulau ini adalah sebuah ladang terbuka bebas yang subur dan ditanami denganJagung, Padi, Kopi, Tembakau.
Sekitar 80% penduduk yang mendiami pulau ini adalah suku SASAK , sebuah suku bangsa yang masih dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi sebagian besar memeluk agama Islam. Sisa penduduknya adalah orang Bali, Jawa dan etnis Tionghoa dan Arab.
Tempat-tempat wisata:
Pantai Senggigi
Cakranegara
Gili Air
Gili Meno
Gili Trawangan
Gunung Rinjani
Pantai Kuta, Lombok
Tetebatu
Otak Kokoq
Benag Stokel
Lombok sebagai suatu daerah tujuan wisata, baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnu) telah sangat dikenal sejak lama. Kemajuan sector pariwisata NTB melampaui proyeksi UNDP dengan presentase kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 281% dan kunjungan wisatawan nusantara sebesar 86%. Pada tahun 1991 (Forum Komunikasi Pariwisata,1993 dalam De Tours and Travel Service. Ltd) sejak tahun 1990an sector pariwisata NTB, khususnya di pulau Lombok secara signifikan terus meningkat hingga pada tahun 1997 ketika Indonesia dan Asia pada umumnya dilanda kerisis moneter. Tingkat kunjungan wisatawan asing , khususnya dari negara negara Asia menurun drastis. Keadaan ini tidak berlangsung lama yakni pada tahun 1999 sektor pariwisata mulai menunjukkan kegairahannya hinga tahun 2000 ketika bom mengguncang Pulau Bali yang justru sebagai ikon pariwisata Dunia.
Menurunnya kegiatan pariwisata di Pulau Bali sangat mempengaruhi keadaan pariwisata di Pulau Lombok, sebab hampir semua wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Lombok adalah wisatawan yang datang dan berkunjung ke Pulau Bali. Tempat tempat wisata yang sebelumnya ramai dikunjungi wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawann nusantara menjadi tempat yang sepi dan sunyi. Hotel , restaurant, café, toko seni, biro perjalanan, sebagian besar tidak memiliki aktifitas ekonomis produktif yang signifikan. Pedagang asongan yang biasanya bertebaran menjajakkan cindera mata seolah telah punah.
Pantai Senggigi adalah tempat pariwisata yang terkenal di Lombok. Letaknya di sebelah barat pesisir Pulau Lombok. Pantai Senggigi memang tidak sebesar Pantai Kuta di Bali, tetapi seketika kita berada di sini akan merasa seperti berada di Pantai Kuta, Bali. Pesisir pantainya masih asri, walaupun masih ada sampah dedaunan yang masih berserakan karena jarang dibersihkan. Pemandangan bawah lautnya sangat indah, dan wisatawan bisa melakukan snorkling sepuasnya karena ombaknya tidak terlalu besar. Terumbu karangnya menjulang ketengah menyebabkan ombak besarnya pecah ditengah. Tersedia juga hotel-hotel dengan harga yang bervariasi, dari yang mahal sampai hotel yang berharga ekonomis.
Hubungan Pariwisata dan Budaya Masa Lalu
Warisan merupakan sesuatu yang ditransformasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perannya adalah sebagai pembawa nilai-nilai budaya di masa lampau ke generasi sekarang. Warisan dipandang sebagai salah satu bagian dari tradisi masyarakat di suatu daerah. Di sisi lain, dalam konsep pariwisata warisan dipandang sebagai bentuk kesadaran (awareness) yang modern. Sifat utama pariwisata adalah dinamis atau berkembang sesuai dengan perubahan yang terjadi.
Studi terkini tentang warisan budaya dan pariwisata cendrung terfokus pada kekuatan tradisi yang identik dengan kestabilan dan kesinambungan, sedangkan dalam pariwisata terjadi perubahan. Sehingga warisan budaya dan pariwisata adalah dua hal yang bertentangan (contradictive). Sejumlah pendekatan teoritis telah dipergunakan untuk menganalisa hubungan antara warisan budaya dan pariwisata. Hubungan antara warisan budaya dan pariwisata dapat dilihat melalui produksi budaya dan konsumsi pariwisata.
Menurut pandangan masyarakat modern, pariwisata dianggap sebagai kegiatan yang berhubungan dengan produksi yang sangat kompleks karena berkaitan erat dengan waktu, daerah regional, nasional dan internasional. Keinginan orang untuk bepergian ke luar daerahnya bukan hanya sebagai mimpi saja tetapi telah manjadi kenyataan. Abad ke-19 yang ditandai dengan revolusi industri merupakan penghancur dari masa lampau dan diganti dengan hal-hal yang baru. Abad ke-20 ditandai dengan kembalinya kesadaran baru untuk mengingat kembali dan berkomunikasi dengan hal-hal yang terjadi di masa lampau. Ini berimplikasi terhadap perkembangan pariwisata sekarang ini yang mana wisatwannya cendrung mencari dan mengunjungi objek-objek wisata yang memiliki nilai-nilai budaya untuk mendapatkan keaslian dan identitas dari suatu pola tradisi.
Bentuk baru dari produksi lampau atau warisan berasosiasi dengan pola konsumsi mempengaruhi wisatawan dalam pemilihan destinasi pariwisata. Keinginan untuk mengunjungi daerah yang asli dan meningkatnya kesadaran dan rasa hormat wisatawan terhadap warisan dan tradisi merupakan penanda adanya hubungan antara lokal (tradisi yang ada di destinasi pariwisata) dan global (budaya dan wisatawan yang berasal dari berbagai negara yang berbeda). Trend inilah yang dipandang sebagai manifestasi posmodernisme.
Heritage tourism menawarkan kesempatan untuk menikmati tradisi-tradisi di masa lampau. Wisatawan posmodernisme menggunakan intelektualitas dan imajinasinya untuk menerima dan mengkomunikasikan pesan yang ada pada warisan tersebut dan mengkonstruksi pandangannya terhadap tempat-tempat bersejarah. Negara-negara berkembang sangat potensial dijadikan sebagai destinasi pariwisata postmodernisme karena merupakan pusat dari tradisi, budaya, agama dan tahayul yang belum tersentuh modernisasi.
Interpretasi Warisan Budaya dan Alam
Tantangan utama dalam menghubungkan antara warisan dan pariwisata terletak pada rekonstruksi masa lampau dengan masa sekarang melalui interpretasi. Pariwisata warisan merupakan produksi atau reproduksi dari masa lampau sangat bermasalah khususnya berkaitan dengan warisan buatan. Interpretasi warisan buatan bukan hanya melibatkan isu-isu seperti penapsiran arti dari suatu peristiwa di masa lampau, sensitivitas lintas budaya, profesionalisme, pendidikan dan pelatihan tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai kegiatan yang berkaitan termasuk perencanaan konservasi, desain arsitektur dan teknik rekonstruksi.
Menurut Tilden (1997) dalam Nuryanti (1996), interpretasi harus dilakukan lebih jauh dari pada sekedar pertukaran informasi dan harus diinspirasi dan bahkan harus dihasut. Ada enam prinsip dasar interpretasi yaitu:
(1) interpretasi yang tidak berhubungan dengan apa yang ditampilkan atau dijelaskan ke sesuatu di antara kepribadian dan pengalaman pengunjung;
(2) informasi;
(3) interpretasi merupakan seni yang mengkombinasikan berbagai jenis seni, apakah materi yang ditampilkan bersifat ilmiah, sejarah atau arsitektur;
(4) tujuan dari interpretasi bukanlah instruksi tetapi provokasi;
(5) interpretasi harus menampilkan keseluruhan daripada bagian-bagian tertentu saja;
(6) interpretasi ditujukan kepada berbagai segmen pengunjung dengan menggunakan pendekatan yang berbeda. Kompleksnya penginterpretasian warisan budaya buatan ini mengakibatkan sulitnya pemaknaan dari suatu objek. Sehingga pemaknaanya terletak pada pengamat atau pengunjung.
Menurut Herbert (1989) dalam Nuryanti (1996) interpretasi dapat menghasilkan keluaran bagi penginterpretasi dan pengunjung. Pengunjung akan memberikan apresiasi terhadap objek warisan, kesadaran dan pemahamannya meningkat, puas dan menikmati objek-objek tersebut. Keuntungan bagi para penginterpretasi adalah akan meningkatnya kunjungan wisatawan apabila wisatawan tersebut memperoleh informasi dan pelayanan yang memuaskan. Oleh karena itu, interpretasi harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh dalam pemasaran, manajemen dan perencanaan pariwisata warisan budaya dan alam.
Pariwisata warisan budaya dan alam dipandang sebagai salah satu pariwisata minat khusus. Tetapi diperlukan penentuan skala warisan yang bisa dipasarkan karena hanya beberapa kawasan warisan budaya dan alam yang menjadi daya tarik wisata internasional. Penentuan skala apakah sebagai daya tarik internasional, nasional, daerah atau lokal memiliki implikasi yang sangat penting misalnya; mempengaruhi lama tinggal dan wisatawan dan pemilihan produk wisata.
Pariwisata warisan merupakan bagian dari pariwisata budaya dalam skala yang lebih luas. Bagi kebanyakan wisatawan, budaya merupakan hal kedua dalam pemilihan tempat berlibur dan terkadang sama sekali tidak menjadi tujuan. Oleh karena itu, pariwisata warisan tidak dapat dipisahkan dari atraksi wisata di suatu kawasan, tetapi harus dipandang sebagai satu komponen pariwisata secara keseluruhan.
Di negara-negara maju, konsep perencanaan pemasaran pariwisata warisan biasanya dilakukan oleh sektor publik atau merupakan kerja sama antara sektor publik dan swasta. Sektor publik memegang peranan yang sangat penting terutama dalam penyelesaian masalah atau konflik. Sedangkan di negara-negara berkembang yang kekurangan akan sektor swasta dan pengalaman dalam industri pariwisata, peran sektor publik lebih kompleks. Sektor publik bukan hanya bertanggung jawab terhadap pendidikan pariwisata dan pengaturan industri pariwisata tetapi juga harus mengambil peran pengusaha.
Merencanakan Warisan Budaya dan Alam Metode-metode yang dilakukan untuk mencapai tujuan melibatkan penilaian dan keputusan dari berbagai perspektif: sosial-budaya, konservasi, ekonomi dan arsitektur. Perspektif tersebut mempengaruhi keputusan mengenai apa yang harus dipreservasi, apa yang harus dibangun, apakah struktur lama memiliki fungsi yang baru, penggunaan kembali atau tidak digunakan sama sekali.
Pendekatan dan metode perencanaan warisan buatan umumnya mengunakan beberapa tingkat revitalisasi untuk mencapai preservasi dan pembangunan yang seimbang. Pendekatan yang dimaksud bisa merupakan gabungan dari bagian atau keseluruahan konsep berikut ini:
Konservasi merupakan usaha untuk mempreservasi bentuk fisik dan kegiatan sehingga nilai dan makna dari bentuk dan kegiatan tersebut dapat berkelanjutan. Nilai dan maknanya termasuk aspek budaya, sejarah, tradisi, artistik,sosial, ekonomi, fungsi, lingkungan dan pengalaman. Perspektif nilai dan maknanya harus mencakup masa lampau, sekarang dan yang akan datang.
Gentrifikasi merupakan usaha untuk meningkatkan vitalitas dari bentuk fisik dan kegiatan dengan cara meningkatkan kualitas tempat dengan merubah strukturnya.
Rehabilitasi merupakan usaha untuk membawa kembali bentuk fisik dan kegiatan di wilayah yang telah mengalami degredasi.
Renovasi merupakan usaha untuk merubah bentuk fisik dan kegiatan agar bisa mengadopsi fungsi-fungsi baru.
Restorasi merupakan usaha untuk memperbaiki kondisi bentuk fisik dan kegiatan dengan mengurangi elemen baru atau tambahan dan menggantikan elemen-elemen yang hilang agar sesuai dengan bentuk semula.
Rekonstruksi merupakan usaha untuk membawa kembali kondisi bentuk fisik dan kegiatan semirip mungkin ke suatu keadaan pada suatu masa sebelumnya.
Ketergantungan antara Warisan dengan Masyarakat di negara-negara berkembang, kebanyakan dari struktur-struktur warisan seperti bangunan, peninggalan arkeologi, kota kuno, museum dan lain-lain ditemukan di tengah masyarakat seperti; kota besar, kota atau desa. Masyarakat lokal berinteraksi langsung dengan struktur tersebut sebagai bagian dari kehidupan sehari-harinya.
Pariwisata bisa mempromosikan rehabilitasi kawasan bersejarah sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal. Bagi masyarakat lokal, keuntungan terpenting yang diinginkan dari pariwisata adalah keuntungan ekonomi dalam hal ini meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja. Dampak ekonomi ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: dampak langsung, dampak tidak langsung dan motivasi (induce).
Identifikasi dan Batasan Masalah
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam Studi Penerapan Arsitektur Tradisional Sasak kedalam Bangunan di Kawasan Wisata Pantai Senggigi adalah:
Tingkat perkembangan bangunan wisata dan penunjang-penunjannya yang semakin padat.
Bangunan-bangunan penunjang wisata di kawasan ini kurang menampilkan suatu karakteristik bangunan tradisional sasak.
Bangunan-bangunan yang ada dalam kawasan kurang diperhatiakan makna-makna yang terkandung dalam elemen-elemen bangunan sasak tradisional.
Dengan adanya wisata di kawasan ini, muncul kesenjangan antara turis Asing dan Lokal.
Pengembangan wisata di kawasan ini kurang memperhatikan turis lokal.
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam Studi Penerapan Arsitektur Tradisional Sasak kedalam Bangunan di Kawasan Wisata Pantai Senggigi adalah:
Perancangan hanya pada kawasan studi yaitu kawasan pantai Senggigi lombok tidak termasuk pantai yang berdekatan dengan kawasan.
Perancangan lebih ditekankan pada masalah bentuk bangunan-banguann yang ada di kawasan ditinjau dari pengaruh budaya lokal
Banguanan yang dihasilkan adalah bangunan yang benar-benar mencirikan budaya yang ada di wilayah ataupun kawasan wisata setmpat.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari Studi Penerapan Arsitektur Tradisional Sasak Kedalam Bangunan Di Kawasan Wisata Pantai Senggigi adalah:
Bagaimana merancang sebuah kawasan wisata yang mampu memadukan antara budaya lokal dengan modernisasi baik dalam bentuk maupun maknanya.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
Tujuan dari Studi Penerapan Arsitektur Tradisional Sasak kedalam Bangunan di Kawasan Wisata Pantai Senggigi adalah:
Untuk memberiakan suatu gambaran Visual bagi wisatawan yang ada dalam kawasan tentang budaya yang ada di lombok melalui bangunan, serta untuk memberikan cirikhas pantai maupun kawasan.
Kegunaan
Kegunaan yang di peroleh dengan adanya Studi Penerapan Arsitektur Tradisional Sasak kedalam Bangunan di Kawasan Wisata Pantai Senggigi adalah:
Bagi Akademis
Sebagai masukan bagi dunia arsitektur dalam merancang suatu Kawasan Wisata Pantai
Bagi Lingkungan
Meningkatkan nilai lingkungan kawasan dan meningkatkan aktifitas yang ada di lingkungan karena adanya Studi Penerapan Arsitektur Tradisional Sasak kedalam Bangunan di Kawasan Wisata Pantai Senggigi ini
Bagi Wisatawan
Memberikan suatu pengalaman yang undah sebagai kenangan tentang kawasan Studi Penerapan Arsitektur Tradisional Sasak kedalam Bangunan di Kawasan Wisata Pantai Senggigi, sehingga mendorong para wisatawan untuk datang kembali ke wisata ini.
Bagi Dinas Pariwisata
Seabagai masukan untuk pengembangan fasilitas-fasilitas wisata yang emngacu pada budaya tradisional.
Bagi Pemkab Lombok barat
Meningkatkan kwalitas kabupaten lombokbarat dalam menata pariwisata sebagai salahsatu pemasukan daerah.
Bagi Masyarakat
Memberiakan kawasan yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatannya.